SENIORITAS TIKET MENJADI SEORANG RAJA
Senioritas itulah sistem yang dianut di berbagai negara
khususnya di Indonesia, entah itu di bidang pendidikan , organisasi , maupun
dibidang pekerjaan. Senioritas biasanya digunakan oleh pasukan militer namun sekarang
ada saja oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menerapkan senioritas pada
non-militer sekalipun.
Senioritas secara etimologis adalah orang yang lebih tua, pengertian lebih luasnya adalah pemberian yang dikhususkan untuk orang yang lebih dituakan dalam berbagai hal, karena orang yang lebih tua biasanya dipandang lebih memiliki banyak pengalaman, kata senioritas adalah kata yang sudah sangat terkenal dalam kehidupan sehari-hari kita, baik dalam kehidupan masyarakat maupun lingkungan sekolah.
Anggapan senioritas sebuah perbedaan antara senior dan junior. “Kami senior dan kamilah yang berkuasa” kata yang tak asing bagi anak sekolah zaman sekarang dengan sistem senioritas dimana tingkat yang paling tinggi didalam sebuah pendidikan ialah yang berkuasa, selalu ada saja yang menggunakan sistem perbedaan ini padahal sudah jelas-jelas bahwa semua manusia didunia ini adalah sama/setara tidak ada perbedaan. Pada kemiliteran sistem senioritas adalah hal yang wajar karena mereka seorang pasukan negara, yang menjaga keamanan dan keselamatan untuk negaranya. Butuh pelatihan yang khusus yaitu dengan seniornya yang pangkatnya melebihi dari yang lain butuh seorang komandan seorang pembimbing untuk membimbing para pasukanya. Namun masih ada saja disekolah sikap senioritas, apabila digunakan untuk hal-hal yang baik tak masalah misalnya, senioritas untuk membedakan senior dan junior agar para senior bisa membantu dan membimbing junior apabila mendapatkan kesulitas sehingga senior bisa membantunya, tapi lagi-lagi senioritas dianggap sebagai hukum alam “yang kuat adalah raja”.
Tak sedikit kasus didalam pendidikan tentang junior atas perbudakan, pelecehan, pembullyan, dst. Karena mereka menganggap derajat senior lebih tinggi, jadi kami bebas melakukan apapun kepada junior, mengapa bisa seperti itu ? ini sama hal nya dengan penyakit yang turun menurun, terus menular kepada generasi selanjutnya. Karena mereka dulu sebagai junior diperlakukan sama oleh seniornya dan ketika mereka sudah menjadi senior timbulah rasa ingin balas dendam karena apa yang mereka alami selama menjadi junior. berhubung sudah menjadi senior dan junior sekarang harus merasakan apa yang kami rasakan disaat menjadi junior dulu.
Bisa terjadi di sekolah maupun di luar sekolah; di sekolah umum, atau di pesantren. Bahkan, menurut pakar pendidikan, sekolah berasrama lebih rawan dalam hal tindak kekerasan. Kasus kekerasan di STPDN (kini IPDN) beberapa waktu yang lalu, membuktikan hipotesis tersebut. Berangkat dari hal tersebut inti dari permasalahan ini yaitu adalah dampak negatif senioritas. Perilaku senioritas tersebut berakibat fatal. Seolah-olah budaya senioritas yang terjadi memang suatu kewajiban yang harus diwariskan kepada junior-juniornya.
Dari setiap masalah pasti selalu ada jalan atau solusinya. Termasuk dalam kasus senioritas ini. Untuk menghindari kasus senioritas, beberapa solusi untuk memutus mata rantainya senioritas dan junioritas dengan cara:
1. Tidak diadakan lagi masa orientasi siswa yang bersifat kekerasan fisik maupun mental tetapi lebih kepada yang positif.
2. Lebih diajarkan mengenai dampak senioritas dan junioritas.
3. Senioritas harus memberi contoh yang baik kepada juniornya supaya para junior saat sudah menjadi senior juga berlaku demikian.
4. Jangan pernah ada rasa dendam. Karena bila ada rasa dendam, rantai senioritas akan selalu berlanjut.
5. Guru harus selalu mengawasi apa saja yang dilakukan senior.
6. Memberi penyuluhan dan dampak – dampak dari senioritas di dalam kegiatan belajar mengajar.
Pada hakikatnya kita diciptakan dengan tanah dan kembali lagi menjadi tanah, tak perlu ada garis untuk membedakan setiap manusia, karena pada dasarnya semua manusia didunia ini adalah sama, sama-sama ciptaan tuhan.
Senioritas secara etimologis adalah orang yang lebih tua, pengertian lebih luasnya adalah pemberian yang dikhususkan untuk orang yang lebih dituakan dalam berbagai hal, karena orang yang lebih tua biasanya dipandang lebih memiliki banyak pengalaman, kata senioritas adalah kata yang sudah sangat terkenal dalam kehidupan sehari-hari kita, baik dalam kehidupan masyarakat maupun lingkungan sekolah.
Anggapan senioritas sebuah perbedaan antara senior dan junior. “Kami senior dan kamilah yang berkuasa” kata yang tak asing bagi anak sekolah zaman sekarang dengan sistem senioritas dimana tingkat yang paling tinggi didalam sebuah pendidikan ialah yang berkuasa, selalu ada saja yang menggunakan sistem perbedaan ini padahal sudah jelas-jelas bahwa semua manusia didunia ini adalah sama/setara tidak ada perbedaan. Pada kemiliteran sistem senioritas adalah hal yang wajar karena mereka seorang pasukan negara, yang menjaga keamanan dan keselamatan untuk negaranya. Butuh pelatihan yang khusus yaitu dengan seniornya yang pangkatnya melebihi dari yang lain butuh seorang komandan seorang pembimbing untuk membimbing para pasukanya. Namun masih ada saja disekolah sikap senioritas, apabila digunakan untuk hal-hal yang baik tak masalah misalnya, senioritas untuk membedakan senior dan junior agar para senior bisa membantu dan membimbing junior apabila mendapatkan kesulitas sehingga senior bisa membantunya, tapi lagi-lagi senioritas dianggap sebagai hukum alam “yang kuat adalah raja”.
Tak sedikit kasus didalam pendidikan tentang junior atas perbudakan, pelecehan, pembullyan, dst. Karena mereka menganggap derajat senior lebih tinggi, jadi kami bebas melakukan apapun kepada junior, mengapa bisa seperti itu ? ini sama hal nya dengan penyakit yang turun menurun, terus menular kepada generasi selanjutnya. Karena mereka dulu sebagai junior diperlakukan sama oleh seniornya dan ketika mereka sudah menjadi senior timbulah rasa ingin balas dendam karena apa yang mereka alami selama menjadi junior. berhubung sudah menjadi senior dan junior sekarang harus merasakan apa yang kami rasakan disaat menjadi junior dulu.
Bisa terjadi di sekolah maupun di luar sekolah; di sekolah umum, atau di pesantren. Bahkan, menurut pakar pendidikan, sekolah berasrama lebih rawan dalam hal tindak kekerasan. Kasus kekerasan di STPDN (kini IPDN) beberapa waktu yang lalu, membuktikan hipotesis tersebut. Berangkat dari hal tersebut inti dari permasalahan ini yaitu adalah dampak negatif senioritas. Perilaku senioritas tersebut berakibat fatal. Seolah-olah budaya senioritas yang terjadi memang suatu kewajiban yang harus diwariskan kepada junior-juniornya.
Dari setiap masalah pasti selalu ada jalan atau solusinya. Termasuk dalam kasus senioritas ini. Untuk menghindari kasus senioritas, beberapa solusi untuk memutus mata rantainya senioritas dan junioritas dengan cara:
1. Tidak diadakan lagi masa orientasi siswa yang bersifat kekerasan fisik maupun mental tetapi lebih kepada yang positif.
2. Lebih diajarkan mengenai dampak senioritas dan junioritas.
3. Senioritas harus memberi contoh yang baik kepada juniornya supaya para junior saat sudah menjadi senior juga berlaku demikian.
4. Jangan pernah ada rasa dendam. Karena bila ada rasa dendam, rantai senioritas akan selalu berlanjut.
5. Guru harus selalu mengawasi apa saja yang dilakukan senior.
6. Memberi penyuluhan dan dampak – dampak dari senioritas di dalam kegiatan belajar mengajar.
Pada hakikatnya kita diciptakan dengan tanah dan kembali lagi menjadi tanah, tak perlu ada garis untuk membedakan setiap manusia, karena pada dasarnya semua manusia didunia ini adalah sama, sama-sama ciptaan tuhan.
Komentar
Posting Komentar