KATAKAN TIDAK UNTUK BUCIN (BUDAK CINTA)
Kita hidup dimana kata “pacaran” itu suatu kewajiban, seseorang tidak
bisa dikatakan pernah mengalami masa muda apabila belum pernah mengalami fase
pacaran dimana pengertian pacaran secara sederhana merupakan proses antara dua
insan yang saling mencocokan dan saling mengenal satu sama lain untuk menempuh
jenjang pernikahan, Namun berpacaran sangat beragam mulai dari kebutuhan,
sekedar iseng, mencari teman, mencurahkan hati, dll. Dimana dalam fase pacaran
akan banyak hal-hal yang baru dalam kehidupan seseorang, entah itu kehidupan
yang hitam berubah menjadi berwarna-warni, kesenangan, kesedihan, menagis,
tertawa, bahagia itu akan terkemas dalam satu yaitu “berpacaran”. Mungkin
hampir semua orang didunia ini pasti pernah mengalami fase pacaran. Seolah-olah
pacacaran sudah menjadi kebudayaan yang melekat pada diri manusia, kita hidup
di negara Indonesia dimana mayoritas umat muslim apabila kita melihat dari kaca
islam tentang pacaran sudah jelas bahwa tidak ada yang menerangkan dan
menjelaskan dalam al-qur’an dan hadist bahwa pacaran itu diperbolehkan, jelas
pacaran itu dilarang dalam islam dan HARAM hukumnya, karena manusia apabila
sudah pacaran sudah jelas dia akan mencintai dan menyangai makhluk secara
berlebihan tidak pernah ada bahwa gara-gara pacaran tingkat ibadah seseorang
menjadi giat yang ada ia semakin jauh dalam beribadah,
Ingat tidak mungkin kalian akan bahagia dan mendapatkan apa yang kalian inginkan kalau kalian mencintai sesorang atau sesuatu melebihi cinta kalian kepada Allah dan Rasul itu tidak mungkin bukan hanya tidak mungkin bahwa allah mengancam dengan sebuah ancaman dengan sebuah ancaman “Fatarabbasu” (Hati-Hati kalian) Jadi tidak boleh seseorang mencintai makhluk atau sesuatu melebihi cinta kalian kepada Allah dan Rasul. Itu pacaran dikaca mata islam karena negara kita negara mayoritas islam jangan terpangur dengan kebudayaan asing yaitu budaya barat dimana tidak ada larangan tidak ada peraturan bebas melakukan apapun, kita sebagai penduduk dan masyarakat indoneisa harus mengatisipasi hal seperti itu jangan sampai terjadi di lingkungan sekitar kita itu adalah pacaran melalui kaca mata islam.
Dimata masyarakat pacaran itu sudah menjadi hal biasa dimanapun ada saja apalagi ditempat-tempat yang mendukung seperti cafe, restoran, mall, taman, tempat wisata,dll. Kita dapat melihat laki-laki dan perempuan berduaan dan lebih parahnya sekarang yang namanya pacaran sudah menjadi kebanggaan tak malu lagi untuk sembunyi-sembunyi mereka dengan berbangga diri seolah-olah ingin menunjukan kepada dunia dengan pegangan tangan , berpelukan , ciuman , bermesaraan. Dan semua itu mereka praktikan ditempat terbuka (umum).
Banyak berita terbaru yaitu tentang pembunuhan dan kekerasan dalam pacaran, statusnya yang belum jelas dan ikatan yang secara hukum belum sah namun sudah bertindak sejauh itu, hanya masalah dalam pacaran, kecemburuan , kekesalan yang tak seberapa ,dll. Ini yang patut kita waspadai dan khawatirkan.
Mungkin awal-awal dalam berpacaran akan dibumbui dengan kasih sayang dan cinta setiap saatnya, namun janganlah tenggelam dalam kasih sayang yang hanya sesaat tersebut sehingga rela mengorbankan segala sesutu dalam berpcaran dibutakan oleh cinta dimana kita mengnggap itu sebuah kebaikan, ketulusan, pengorbanan, kasih sayang yang diberikan kepada sang kekasih tersebut entah itu akan membuat seseorang itu rugi dalam segi fisik, perasaan dan harta.
Maka dari itu batasilah diri, membatasi apa yang perlu dan yang tidak diperlukan , membatasi mana yang boleh dan yang tidak boleh , membatasi apa yang harus dan tidaknya. Kedua belah pihak sama-sama meruginya biasanya kaum adam akan rugi dalam segi harta dan kaum hawa akan rugi dalam segi fisik, Namun ingat fisik itu harta karun dunia dan seisinya. Wanita yang hebat bisa memantaskan dirinya mengetahui mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang, laki-laki dalam segi harta mereka beranggapan sudah memberikan harta yang ia punya entah itu uang, barang ataupun yang lainnya seolah-olah perempuan telah dibeli oleh laki-laki jadi bebas ia melakukan apapun terhadap perempuan apabila perempuan tidak mau menuruti atau menentang kehendak laki-laki dikhawatirkan akan terjadi kekerasan dalam berpcaran karena laki-laki itu diberikan 9 logika dan 1 perasaan kebalikan dengan perempuan yang diberikan 9 perasaan dan 1 logika.
Pada dasarnya “Berpacaran” itu tidak boleh , banyak yang beranggapan kalau tidak berpacaran dulu gimana mau nikahnya gima kita mau mencari seseorang yang cocok untuk kita, ya memang benar jodoh itu dicari bukan ditunggu namun dibalik semua itu ada waktunya dimana kita sudah pantas, mampu, bisa dalam segi harta dan materi. Apabila harta sudah mencukupi (penghasilan sendiri), secara materi sudah siap, usia yang sudah matang dan diniatkan untuk mecocokan agar bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius maka tidak akan ada kekerasan dalam hal berpacaran maupun penyimpangan dalam berpacaran.
Ingat tidak mungkin kalian akan bahagia dan mendapatkan apa yang kalian inginkan kalau kalian mencintai sesorang atau sesuatu melebihi cinta kalian kepada Allah dan Rasul itu tidak mungkin bukan hanya tidak mungkin bahwa allah mengancam dengan sebuah ancaman dengan sebuah ancaman “Fatarabbasu” (Hati-Hati kalian) Jadi tidak boleh seseorang mencintai makhluk atau sesuatu melebihi cinta kalian kepada Allah dan Rasul. Itu pacaran dikaca mata islam karena negara kita negara mayoritas islam jangan terpangur dengan kebudayaan asing yaitu budaya barat dimana tidak ada larangan tidak ada peraturan bebas melakukan apapun, kita sebagai penduduk dan masyarakat indoneisa harus mengatisipasi hal seperti itu jangan sampai terjadi di lingkungan sekitar kita itu adalah pacaran melalui kaca mata islam.
Dimata masyarakat pacaran itu sudah menjadi hal biasa dimanapun ada saja apalagi ditempat-tempat yang mendukung seperti cafe, restoran, mall, taman, tempat wisata,dll. Kita dapat melihat laki-laki dan perempuan berduaan dan lebih parahnya sekarang yang namanya pacaran sudah menjadi kebanggaan tak malu lagi untuk sembunyi-sembunyi mereka dengan berbangga diri seolah-olah ingin menunjukan kepada dunia dengan pegangan tangan , berpelukan , ciuman , bermesaraan. Dan semua itu mereka praktikan ditempat terbuka (umum).
Banyak berita terbaru yaitu tentang pembunuhan dan kekerasan dalam pacaran, statusnya yang belum jelas dan ikatan yang secara hukum belum sah namun sudah bertindak sejauh itu, hanya masalah dalam pacaran, kecemburuan , kekesalan yang tak seberapa ,dll. Ini yang patut kita waspadai dan khawatirkan.
Mungkin awal-awal dalam berpacaran akan dibumbui dengan kasih sayang dan cinta setiap saatnya, namun janganlah tenggelam dalam kasih sayang yang hanya sesaat tersebut sehingga rela mengorbankan segala sesutu dalam berpcaran dibutakan oleh cinta dimana kita mengnggap itu sebuah kebaikan, ketulusan, pengorbanan, kasih sayang yang diberikan kepada sang kekasih tersebut entah itu akan membuat seseorang itu rugi dalam segi fisik, perasaan dan harta.
Maka dari itu batasilah diri, membatasi apa yang perlu dan yang tidak diperlukan , membatasi mana yang boleh dan yang tidak boleh , membatasi apa yang harus dan tidaknya. Kedua belah pihak sama-sama meruginya biasanya kaum adam akan rugi dalam segi harta dan kaum hawa akan rugi dalam segi fisik, Namun ingat fisik itu harta karun dunia dan seisinya. Wanita yang hebat bisa memantaskan dirinya mengetahui mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang, laki-laki dalam segi harta mereka beranggapan sudah memberikan harta yang ia punya entah itu uang, barang ataupun yang lainnya seolah-olah perempuan telah dibeli oleh laki-laki jadi bebas ia melakukan apapun terhadap perempuan apabila perempuan tidak mau menuruti atau menentang kehendak laki-laki dikhawatirkan akan terjadi kekerasan dalam berpcaran karena laki-laki itu diberikan 9 logika dan 1 perasaan kebalikan dengan perempuan yang diberikan 9 perasaan dan 1 logika.
Pada dasarnya “Berpacaran” itu tidak boleh , banyak yang beranggapan kalau tidak berpacaran dulu gimana mau nikahnya gima kita mau mencari seseorang yang cocok untuk kita, ya memang benar jodoh itu dicari bukan ditunggu namun dibalik semua itu ada waktunya dimana kita sudah pantas, mampu, bisa dalam segi harta dan materi. Apabila harta sudah mencukupi (penghasilan sendiri), secara materi sudah siap, usia yang sudah matang dan diniatkan untuk mecocokan agar bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius maka tidak akan ada kekerasan dalam hal berpacaran maupun penyimpangan dalam berpacaran.
Komentar
Posting Komentar