Patah Hati
Perkotaan selalu menyediakan gemerlap lampu yang cantik. Aku tengah mengaduk kopi seraya melarutkan sesak sembari mengiris kesepian dalam logika. Aroma nya menelusup bagaikan rindu mu yang begitu menusuk. Aku tengah merapal jejak terakhirmu pada serpihan tawa dahulu, mengingat lagi senyum mu yang kini telah tiada ditikam oleh waktu. Hatiku menggantung hebat sebuah rasa penasaran yang terbias tenggelamnya sang rembulan. Kini adamu hanya tergambar oleh mimpi dan lamunan paling panjang. Kamu mencintainya.. Aku ditinggal karena nya.. Kepadamu kepergian, ini merupakan sebait rasa terhadap sebuah tiupan sangkakala. Tertiup lalu mati seketika. Langit mementahkan gemuruh, kilatnya menyikap bintang begitu luluh dan ketiadaanmu membuatku semakin rapuh. Langkah demi langkah telah melupa pijakan dan hatiku tertatih dimakan penyesalan. Merayap tanpa ampun mengunci segala lembutnya embun. Pe...